Pages - Menu

Senin, 17 Agustus 2009

Idealisme Mahasiswa

Oleh: Amirddin Shafa
Menteri Sosial Politik BEM REMA UNY

Perubahan dari siswa menjadi mahasiswa adalah sebuah proses yang sangat luar biasa. Tidak hanya perubahan secara fisik, pemikiran, tetapi juga secara idealisme. Mahasiswa adalah manusia terpilih diantara berjuta manusia yang tidak dapat menempuh pendidikan karena sistem yang menjerat mereka untuk terhambat belajarnya. Terlalu banyak mahasiswa yang terjebak pada relaita masa lalu, masa dimana dia masih menjadi seorang siswa. Banyak pendapat tentang idealisme mahasiswa itu seperti apa? Akan kemanakah idealisme itu dibawa, apakah sampai di bekerja atau hanya sampai pada tataran menjadi mahasiswa saja. Beberapa hal yang bisa diambil dari berbagai pendapat idelaisme mahasiswa itu, antara lain adalah:
1. Belajar tapi sosialis :
Mahasiswa pada hakikatnya adalah manusia pembelajar, dimana mahasiswa berada dalam sebuah kampus dituntut untuk menuntuk ilmu di bangku kuliahnya. Tetapi mahasiswa yang berada dibangku kuliah juga harus memiliki jiwa social untuk melihat kepada permasalahan yang sedang melanda disekitar mereka. Salah satu julukan untuk seorang mahasiswa yaitu sebagai social control. Menjadi keprihatinan bersama jika ada mahasiswa kehilangan sisi social nya dalam bermasyarakat.
2. berorganisasi tapi prestatif
untuk melakukan fungsi sosialnya mahasiswa tidak akan terlepas dari organisasi, dimana organisasi ini membelajarkan kita pada bagaimana kita bekerjasama dan bermasyarakat. dari sisi ini kita akan dibelajarkan pada berbagai permasalahan masyarakat, mengasah kepekaan kita terhadap fenomena yang ada. Kitalah yang nantinya akan menjadi pemimpin dalam masyarakat, entah siapa diantara kita nantinya akan menjadi seorang presiden, menteri, anggota DPR, direktur perusahaan, bahkan di organisasi yang paling kecil adalah keluarga. Hal ini sesuai dengan fungsi mahasiswa sebagai agent of change Kita tidak akan pernah terlepas dari organisasi itu, saat menjadi mahasiswa inilah kita dibelajarkan untuk berorganisasi.
Tidak terlepas dari kesibukan kita berorganisasi, kita tetap harus berprestasi. Prestasi disini ada berbagai hal, prestasi dalam bidang akademiknya, misalnya saat kita menjadi ketua BEM atau HIMA nilai IPK kita tidak lebih dari 2,75 atau bahkan masih cumlaude. selain prestasi dalam bidang akademik, kita juga dapat berprestasi dalam bidang non akademik, misalnya saat kita berorganisasi kita juga menjadi juara dalam lomba atau dalam kejuaraan. Seperti perkataan orang jawa “sembodo”.
3. berpolitik tapi objektif
Pada posisinya mahasiswa adalah tergolong pada masyarakat intelektual yang sampai saat ini dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi penengah antara masyarakat dengan pemerintahanya. Berbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat harus menjadi tanggung jawab mahasiswa untuk mengawalnya. Ini konsekwensi logis disaat mahasiswa berada pada posisi political force. Kita tidak akan terlepas dari politik itu sendiri sebagai bagian dari kehidupan kita. Peran mahasiswa pada perjalanan Indonesia mulai tahun 45, 66, 98, ini sangat berarti dalam setiap perubahanya.
Tetapi keberpolitikan kita dalam setiap pengaruh kebijakan harus memposisikan kita sebagai pihak yang objektif. Objektif disini adalah saat kita melihat setiap permasalahan kebijakan ini dari segala sisi, dan memutuskan bukan untuk kepentingan tertentu.
Kelaparan sering melanda masyarakat Indonesia, korupsi yang meraja lela tanpa batas, ribuan lulusan sarjana dan SMA tidak mendapatkan pekerjaan, jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam sekolah, hutan ditebangi oleh mereka yang tidak bertanggungjawab. Jika kita menyatakan diri sebagai mahasiswa dan masih diam. Berarti kita sudah menyatakan diri kita telah mati.

1 komentar:

  1. Thanks ya fa... Lnjtkn Sikp Objektifmu...!!!

    BalasHapus