Pages - Menu

Selasa, 25 Mei 2010

Inilah seorang Amiruddin Shafa anggota DPM REMA UNY


Jogja, 9 Januari 2010
Catatan ini dimuali dari sebuah kejadian yang bermula dari sebuah ruang-ruang kecil dalam kampus UNY. Dimana dari sana dimulailah sebuah perbincangan dengan semangat yang mengebu-gebu, akan sebuah cita-cita dan perbaikan-perbaikan. Kenangan itu begitu tergores dengan erat saat kita terduduk bersama dalam lingkaran kecil dalam sebuah forum yang dahsyat. Dari 24 ribu mahasiswa di UNY, tidak sampai 12 orang lah yang duduk disana, disebutkan satu demi satu nama-nama pengemban amanah itu, dan salah satunya adalah Amiruddin Shafa.
Sungguh amanah ini begitu berat, bukan seberapa kuat pundak ini memanggul, tapi aku yakin dari orang-orang yang ada disekitarku inilah akan tercipta sejarah besar dalam kampus UNY tercinta.
Hatiku terdesir saat nama itu dilantunkan dalam sebuah forum yang begitu dihormati oleh seluruh masyarakat UNY ini. Tahun 2010 menjadi tahun yang berat, mudah, susah, sempit, lebar, tergantung kita akan memposisiskannya dimana? Tahun ke-4 aku dikampus, seharusnyalah aku segera lulus, bekerja, s2, dll, tuntutan masyarakat sekitar yang tidaklah kecil, selain itu tuntutan kebutuhan pribadi yang lain, saya rasa hal ini akan sama dan mirip dirasakan oleh kawan-kawan yang seangkatan denganku. Tapi saat AMANAH itu datang, dan kita siap menerimanya, maka Allah telah mencatat bahwa kita adalah orang yang mampu. Kita adalah manusia yang diberikan nikmat yang lebih dari yang lain untuk di percaya mendapatkan amanah ini.
Tahun 2010 menjadi tahun target juga bagi kawan-kawan semua,
aku punya keinginan,
kamu punya keinginan,
dia punya keinginan,
mereka punya keinginan,
kita punya keinginan,
jika kita di DPM maka harus satu keinginan
walaupun disana ada dua kepentingan yg berbeda, tapi aku yakin keinginan untuk memperbaiki kampus ini menjadi lebih baik tetap ada.
Aku tahu saat itu aku tidak tahu apa dan dimana posisiku untuk berbuat lebih banyak di tahun ini, hanya saja terbesit keinginan ada SEJARAH yang akan tercipta, PERUBAHAN yang aka nada, sebelum nantinya aku pergi dari kampus ini.
“biarkan namaku hilang dalam angina, asalkan karyaku dapat dikenang oleh orang banyak”
25 Mei 2010 pukul 10.36 WIB
Sampai dibulan kelima ini aku merasa semakin berat saat melihat hanya beberapa orang saja yang sering muncul di DPM, hanya itu-itu saja yang ada, dan aku pun sering meninggalkan DPM demi mencari uang atau apalah itu. Apakah aku sudah mencintai DPM sebagai salah satu bagian dalam diriku di tahun 2010 ini?
“Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya.” (Pramoedya Ananta Toer)
Waktu itu tidak pernah berulang lagi Shafa, tinggal beberapa bulan lagi dan kamu tidak berada disana. Tapi prestasi apa yang sudah ku perbuat? Bagaimana pertanggungjawabanku kepada mahasiswa di UNY?bangsaku? dan yang jelas aku akan kebingungan di akhirat nanti jika ditanya oleh Allah.. aku bingung mau jawab apa? Dan bagaimana aku akan memperbaikinya…
Semoga Allah tetap memberikan ku semangat seperti pada saat awal kali nama itu terdengar

Tulisan ini adalah refleksi diri bahwa aku bukan apa-apa dengan segala keterbatasan dan kemampuan, waktu, tenaga, harta, dan pikiran.
Seseorang yg ganya ingin membuat karya yang akan menjadi sejarah….
Amiruddin Shafa

Kamis, 13 Mei 2010

“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”

Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?

kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?

kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus bagaimana?

aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini bagaimana?

kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?

aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini bagaimana?

kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?

aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini bagaimana?

kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?

aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini bagaimana?

kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?

aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?

kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?

kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?

aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku

kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?

karya : GUs Mus

Jumat, 07 Mei 2010

Rumah Kunang2 yang mulai berubah menjadi rumah Matahari (FIM 9) [Bag awal]

Bingung mau dibilang apa, sudah berusaha ke sana kemari, dari ujung sana ke sini tetep aja gak dapet hasil nya. He..he..he..(ini niat nulis dari yang sebelah mana sih)
Serius..
Kisah ini dimulai dari bulan Maret awal saat melihat beberapa pengumuman di facebook kawan-kawan ku di BEM SI yang dapat pengumuman itu. Penasaran aku mencoba melihat pengumuman apa sih? Dan ku lihat disana berjudul Forum Indonesia Muda IX(FIM 9). Baru baca saja sudah tertarik, apalagi kalau bisa ikut. Dengan bertanya sama beberapa teman yang ada disana (anak UI) aku dapat info terkait pendaftarannya yang disana tertulis paling lambat akhir maret.
Sempat meninggalkan sejenak tentang agenda ini, karena dikejar beberapa agenda yang lain, akupun mulai mencoba mencicil mengisi formulir dan persaratan FIM 9 ini. Lupa!!! Namanya juga manusia, mahasiswa SKS lagi. Semuanya di garap kalau tidak mendekati batas akhir. Mencoba mengembalikan ruh semangat untuk ikut FIM 9, di akhir bulan sambil nge tag kawan-kawan di UNY yang lain buat ikut juga, aku selesaikan artikel yang belum ku garap sampai waktu itu. Sreeetttt.. tepat hamper pukul 00.00 malam email pun terkirim di detik akhir pengumpulan. Alhamdulillah, seperti biasa, yang penting berusaha semaksimal mungkin untuk mendaftar dan ikut berpartisipasi, diterima atau tidak itu nanti, tinggal berdoa saja (seperti pada tahun 2009 saat ikut PIMNAS). Diwaktu bersamaan kawan seperjuanganku yang mau ku ajak untuk ikut pun berusaha mengirimkan form biodata dan artikelnya.
Pasca itu, lewat begitu saja selama beberapa hari. Dan akhirnya pengumuman pun ada di web nya FIM (forumindonesiamuda.com) hem..ternyata aku nongol di urutan yang ke-12 dan satu-satunya dari kampus ku (UNY). Buat kawan ku, maaf aku harus berangkat sendirian. Sambil mempersiapkan agenda Jelajah Institusi yang menjadi inisiasiku beberapa waktu lalu untuk anggota legislative UNY ke Jakarta yang Alhamdulillah waktunya tidak terlalu lama dari FIM 9, yaitu pada tanggal 4-7 Mei 2010 dan FIM9 dari tanggal 28 April- 2 Mei 2010 (deket kan?) lalu mulailah masuk pada rencana perjalanan panjang ke Jakarta dalam beberapa hari.
Mencoba berprasangka baik kepada rektorat kampus, aku mencoba untuk mencari dana kesana (minimal buat perjalanan) karena agenda ini juga merupakan agenda pengembangan soft skill tingkat nasional. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya aku pun mengajukannya,huft.. ternya ta di tolak mentah-mentah. Katanya sih bukan agenda yang direkomendasikan dari dikti. Berarti aku harus nekat kesana dengan keadaan keterbatasan. Hari itu sudah meunjukkan hari Rabu, satu hari sebelum acara. Dan aku masih sibuk bercengkrama di kampus sampai pukul 14.00WIB membahas KKL yang berbeda dengan mahasiswa yang lain.
Terburu-buru pengen segera pulang, karena hari itu kakak sepupu ku ada yang baru saja melahirkan anak pertamanya dan aku belum sama sekali menjenguknya. Bergegas pulang, tapi ternyata di tengah jalan aku berpikir ulang kalau ini tidak akan cukup waktunya. Dan kuputuskan mengurungkan niatku untuk bertemu adk cilik yg baru saja lahir (sama setahun yg lalu saat kakak ku yg ini menikah aku baru berada di Malang). Sedih sih rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Hanya ada waktu satu jam untuk beres-beres barang bawaan apa saja yang harus di bawa. Dengan membawa 3 tas sekaligus aku menenteng keluar rumah, tas pertama diisi dengan perlengkapan pakaian dan perlengkapan pribadi lainya, tas ke dua diisi dengan laptop kesayanganku, dan tas yang ketiga diisi dengan buku-buku bacaan. Memang rezeki g kemana, ortu g tega lihat anaknya pergi ke Jakarta berhari-hari Cuma bawa uang 50rb rupiah. Dengan tambahan dari ortu lumayan bisa untuk jaga-jaga.
Tepat pukul 16.30 WIB sampailah aku di depan stasiun kereta lempuyangan yang sudah di padati orang-orang yang memiliki kesibukan masing-masing. Petualangan pun dimulai dari langkah-langkah kecil yang ku ciptakan sendiri.