Oleh Amiruddin Shafa
Wacana ini terungkap saat kemarin berdiskusi dengan teman saya, saat bertanya tentang benturan realitas yang ada di masyarakat dengan idealisme yang selalu kita bangun di kampus. Lalu disebelah mana kesulitan itu?
Setelah mencari-cari di mr google akhirnya dapat juga beberapa pengertian tentang idealisme dan realita. Dalam definisinya idealisme dapat kita peroleh : (wikimu.com)
1. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
2. Untuk menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran.
3. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
4. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik tidak ada.
5. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. dunia eksternal tidak bersifat fisik.
Sedangkan realitas itu sendiri didefinisikan dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-benar ada" (wikipedia.com).
Nah, dalam bahasa mudahnya itu adalah idealisme itu adalah sesuatu mimpi dalam pikiran kita, angan-angan,prinsip-prinsip hidup, dan seterusnya. Sedangkan realita adalah sesuatu yang nyata kita lakukan.
Sering kali kita mendengar bahwa mahasiswa itu idealis. Setelah menjejakkan kaki kita ke dunia kampus dan meninggalkan dunia sekolahyang dulu bermain-main dan bersenang-senang, kita mencoba memasuki dunia yang lebih nyata dan menuntut kita banyak belajar dari setiap titik disekitar kita. Salah satu disana adalah belajar untuk memiliki idealitas akan segala hal dan memegang idealitas tersebut sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu. Karena idealisme itu lah mahasiswa dipercaya masyarakat (rakyat) untuk menjadi tangan-tangan rakyat dalam menyampaikan sesuatu. Makanya banyak mahasiswa yang selalu kritis akan kebijakan pemerintah ataupun sesuatu disekitarnya.
Bisa dilihat keidealisme mahasiswa telah memberikan perubahan terhadap bangsa ini. Mulai dari sumpah pemuda mahasiswa berkumpul untuk menyatukan bahasa, bangsa dan tanah air menjadi satu, pada masa kemerdekaan juga mahasiswa yang mendesak para proklamator untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Juga masa pemberontakan PKI, dan terus di tahun 1998 pada masa reformasi yang dimana mahasiswa memiliki idealisme untuk menolak segala bentuk tindak korupsi bahkan kepala Negara sekalipun.
Lalu nih, jika mahasiswa sudah lulus dan masuk dalam dunia kerja (masyarakat) apa yang akan terjadi? Akan banyak hal idealisme yang sudah dibangun itu terbentur oleh reallita. Tidak jarang jika dulu mereka yang berteriak di jalan sekarang duduk di kursi dewan dengan semena-mena. Mulai terkikis idealisme yang sudah dibangun bertahun-tahun. Lalu apa bedanya kita dengan mereka yang tidak pernah memiliki idealisme itu?
Sungguh ini sering terjadi pada diriku yang sekarang sudah banyak bergerak di masyarakat, saat di kampus uang satu sen pun harus dipertanggungjawabkan dengan jelas, saat di masyarakat suap, uang sana-sini menjadi hal yang biasa sepertinya.
Lingkungan
Inilah yang memang membuat kita sulit sekali jika dibenturkan idealisme itu dengan realitas yang ada. Mengapa lingkungan menjadi faktor yang sangat sulit?
1. Budaya, menjadi sebuah budaya kebiasaan korup yang dilakukan masyarakat menjadikan kita sulit sekali mengubahnya jika disana sendirian.
2. Ke-tidak enak –an. Dalam bahasa jawa “pekewuh” menjadi salah satu faktor yang membuat kita sulit mempertahankan idealisme itu, karena yang sering membenturkan idealisme itu adalah orang yang lebih tua dari kita, bahkan mungkin orang tua kita sendiri.
3. Makhluk social, ya ini menjadi salah satu hal yang membuat sulit, karena kita adalah makhluk social yang memang jika menentang masyarakat maka kita akan terasingkan dalam masyarakat.
Beberapa hal itu yang sering membuat kita sulit memilih antara idealisme dan realita. Ini beberapa contoh yang pernah saya alami saat idealisme berbentur sama realita di lapangan.
Saat SD dan SMP saya berusaha untuk tidak mencontek atau memberikan contekan,tetapi saat masuk di SMA mencontek adalah hal yang sangan lumrah, saat aku berusaha menolaknya maka banyak teman-teman ku yang memusuhiku karena tidak memberikan contekan, lalu? Bahkan guru pun saat ujian nasional juga menyarankan untuk kerjasama. Sungguh sulit sekali saat itu untuk mempertahankan idealisme yang kita miliki.
Ada beberapa hal yang aku lakukan jika memang sudah cukup mentok dalam menghadapi polemic seperti ini, salah satunya adalah memperkecil resiko atau realitas yang tidak kita inginkan kita lakukan. Hal ini bisa kita lakukan dengan berbagai argumentasi dan komunikasi kepada masyarakat.
Semoga Allah selalu melindungiku untuk terus bisa mempertahankan idealisme ini sampai kapanpun, karena di masa yang akan datang pasti akan banyak cobaan yang mulai datang.
Jumat, 10 Desember 2010
Rabu, 07 Juli 2010
Sepertiga (1/3) Ruang Mahasiswa
Sambutan Ketua MPM REMA UNY
Amiruddin Shafa
Saya sampaikan salam hormat dan bangga saya kepada seluruh mahasiswa baru Universitas Negeri Yogyakarta.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Menjadi orang yang memasuki sebuah daerah baru dan tidak mengenal siapa-siapa, bingung harus kemana dan melakukan apa, tidak tahu arah dan tidak tahu peta. Itulah yang dirasakan saat kita memasuki sebuah tahap baru dalam hidup ini, begitu pula seseorang yang menjadi mahasiswa baru, kita akan merasakan hal yang sama.
Saat kaki pertama kali melangkah,saat itu pulalah begitu banyak hal yang akan menghampiri kita karena dalam diri kitalah terdapat sebuah potensi yang sangat luarbiasa sebagai pemuda, potensi yang mungkin tidak akan pernah bisa kita banyangkan. Maka dari sanalah kita memasuki ruang-ruang yang ada dalam dunia kampus, dunia Mahasiswa, di Universitas Negeri Yogyakarta.
Ruang Antara
Menjadi hal yang pasti kita lalui sebagai seorang Mahasiswa, kita pernah merasakan apa yang ada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), dan jenjang pendidikan sebelum-sebelumnya. Bukan zamanya kita masih berada dalam dunia bermain, dunia coba-coba atau dunia dimana kita masih disibukkan dengan ujian nasional. Kita sudah terlepas dari itu semua, saatnya kita untuk berfikir berbeda jauh kedepan dan sekarang.
Mengenali diri lalu mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita itulah hal yang sangat penting bagi kita nantinya, berbekal dari apa yang ada dalam diri kita dengan berbagai idealisme yang kita bangun, inilah yang nantinya akan menjadi modal besar dari diri kita untuk menghadapi dunia.
Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997], Indonesia merupakan negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis [Political & Economic Risk Consultancy, Maret 2010]. Dua realita yang kami hadirkan disini merupakan sebuah keprihatinan bangsa ini,sekali lagi yang akan menjadi korban adalah rakyat. Sudah sepatutnya kita sebagai agen perubah (agen of change) yang harus memiliki tindakan nyata dalam menghadapi masalah bangsa ini, bersama dan dimulai dari diri sendiri dan hal yang paling kecil yang bisa kita lakukan.
Di tahun 2010 ini jika kita melihat beberapa berita yang muncul tentang pornografi yang merebak begitu cepat, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan menerima 33 pengaduan kasus pemerkosaan terhadap anak di bawah umur lantaran terpengaruh video porno Ariel. Selain pornografi diketahui ada 3,6 juta orang Indonesia diketahui terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba (www.kabarindonesia.com). Salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan adanya penyadaran kepada masyarakat, pendampingan, pengarahan, dll. Fungsi mahasiswa adalah sebagai kontrol sosial (social control) sangatlah penting dalam menyikapi masalah seperti ini.
Masa mahasiswa adalah sebuah Ruang Antara kita yang dulu (remaja) menjadi kita yang esok (dewasa). Menjadi antara antara kita dengan Tuhan kita, antara kita dengan manusia yang lain. Ruang-ruang antara ini dibangun dengan komunikasi-komunikasi agar ini menjadi terjalin. Maka saat menjadi mahasiswa, janganlah menjadi seorang yang DIAM. Berbicaralah maka orang akan tahu apa yang kamu rasakan, Tuhan akan tahu akan doa-doa yang terus terbesit dalam hatimu.
Ruang Belajar
Sejarah telah banyak mencatat mengenai hal ini. Sebut saja cerita yang diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an tentang pemuda Ashabul Kahfi yang dengan gigih mempertahankan keimanannya. Perjuangan mereka sungguh mahal harganya. Untuk mempertahankan keyakinan tersebut, mereka harus berhadapan dengan penguasa yang terkenal dengan kezalimannya ketika itu. Atau simbol-simbol kepemudaan yang dilambangkan oleh gerakan Sumpah Pemuda 1928 dan para pejuang kemerdekaan terdahulu. Sebutlah tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, dan lain sebagainnya. Selain itu pula mahasiswa tidak terlepas dari turunya Sukarno sebagai Presiden di tahun 1966 dan Suharto di tahun 1988.
Semaikn berkembangnya waktu dari masa Suharto yang menerapkan NKK/BKK yang membuat mahasiswa sulit untuk melakukan diskusi-diskusi, ataupun melakukan kegiatan. Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa lah yang menjadi tombak organisasi mahasiswa yang diperbolehkan untuk bergerak di kampus. Tetapi setelah runtuhnya rezim Suharto tahu 1988, memberikan perubahan yang sangat besar bagi mahasiswa untuk belajar.
Dari masa itulah mulai muncul sebuah format baru dalam organisasi mahasiswa sebagai sebuah bentuk yang diberi nama Student Government (Pemerintahan Mahasiswa). Universitas Negeri Yogyakarta salah satu dari puluhan kampus yang memilih jalan untuk memakai Student Government. Dimulai pada Tahun 2003 dimana digagaslah sebuah konsep baru yang di UNY diberi nama Republik Mahasiswa Serikat (RMS) dimana disana masih banyak pertentangan konsep dari sana sini. Mulai dari tahun 2004 lah konsep Republik Mahasiswa (REMA) sebagai Nama dari Student Government yang dirancang oleh UNY. Dalam REMA ini terdapat berbagai macam Organisasi Mahasiswa didalamnya, ada Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dimana DPM dan BEM juga ada ditingkat Fakultas, dan HImpunan Mahasiswa (HIMA) ditingkat Jurusan.
Selain Organisasi Mahasiswa yang berada didalam REMA, di Universitas Negeri Yogyakarta juga ada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dimana disana mahasiswa akan beraktivitas sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa. Antara lain UKM Olah Raga, UKM Kesejahteraan, UKM Seni, UKM Penalaran, dan UKM Bidang Khusus.
Organisasi Mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa hanyalah sebagai Ruang Belajar dimana disana kita membuat dan melatih Tradisi Membaca (Reading Tradition), Tradisi Diskusi (Discussion Tradition), Tradisi Meneliti (Research Tradition), Tradisi Menulis (Writing Tradition). Tradisi inilah yang mulai hilang dan harus dibangkitkan kembali pada jiwa mahasiswa sekarang.
“Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya.”
(Pramoedya Ananta Toer)
Tanpa mebaca aku tidak tahu apa-apa, tanpa diskusi kita tidak tahu apa yang dalam pikiran orang lain, tanpa meneliti kita tidak akan menemukan sesuatu hal yang baru, dan tanpa menulis apa yang kita hanyalah sebagai lembaran sejarah yang lalu begitu saja.
Ruang Cita-Cita
“Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu“.
(Arai, Sang Pemimpi)
Memiliki mimpi, itulah yang harus kita miliki sejak kita kecil dengan berbagai khayalan yang ada dalam pikiran kita. Kita tidaklah tahu akan masa depan seperti apa, tetapi kita bisa membuat sebuah rencana untuk mendapatkan apa yang kita impikan.
“Kita, generasi kita ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua, seperti….Kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia”
(Soe Hok Gie, Catatan seorang Demonstran)
Dengan memiliki visi yang kuat dari sanalah kita akan membangun diri kita dan bangsa kita nantinya, karena pada hakekatnya mahasiswa adalah seorang Iron Stock yang nantinya akan menggantikan generasi yang berada diatas kita, dan seterusnya oleh generasi yang dibawah kita yang akan menggantikan kita. Entah siapa diantara kita nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini, ilmuan-ilmuan yang handal, olahragawan yang menuai banyak prestasi, penjaga budaya bangsa.
Sepertiga (1/3) Ruang Mahasiswa ini hanyalah secuil dari ribuan hal yang dapat dilakukan mahasiswa dalam peran dan fungsinya. Akhir dari sambutan ini hanyalah selamat memilih, karena setiap manusia memiliki hak yang sama untuk menimbang dan memilih. Akan menjadi bodoh adalah tanggungjawab kita, akan menjadi pintar juga tanggungjawab kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Yogyakarta, Juli 2010
ttd
Amiruddin Shafa
Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa
MAHASISWA DAN STUDENT GOVERNANCE
Oleh Siti Nurjannah*
Mahasiswa Kimia Kimia UNY 2007
Sejarah bangsa indonesia telah membuktikan bahwa pemuda pelajar dan mahasiswa memegang peranan penting dalam perubahan dan perbaikan negeri ini. Mereka menjadi pelopor gerakan perjuangan yang bersifat nasional. Dimana sebelumnya mereka juga yang menggerakkan perjuangan kemerdekaan daerah. Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh DR. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo dan para pemuda lainnya dikenal merupakan awal dari kebangkitan nasional. Diteruskan dengan sumpah pemuda pada 28 agustus 1928 dan akhirnya mencapai puncaknya pada zamannya 17 Agustus 1945 Kemerdekaan bangsa Indonesia. Itulah bukti bahwa pemuda dengan keseriusan dan kemantapannya mampu memberikan pengaruh besar dalam perbaikan bangsa ini.
Pemuda mempunyai kelebihan dalam pemikiran yang mampu mereka lontarkan dan mampu diterima pribadi-pribadi yang menggerakkannya. Aktifitas dan program-programnya mampu mengerakkan sekitarnya dan mampu memberikan solusi-solusi baru dalam perbaikan bangsa ini. Mahasiswa adalah nafas baru dalam nadi kehidupan perbaikan.
Sejarah kehidupan bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan besar. Pemuda dan mahasiswalah yang menjadi bagian penting dan motor penggerak dalam perubahan itu. Bagaikan turbin air, air tidak akan dapat mengalir tanpa motor penggerak. Sejak orde lama berlangsung dimana Indonesia hidup di dalam suatu kekuasaan tunggal yang dikenal denga istilah demokrasi terpimpin. Rakyat Indonesia mengalami banyak pengekangan secara pencerdasan dan pengekangan atas kebebasan informasi. Kenyataan itu membuat bangsa Indonesia hidup dibawah penderitaan. Bahkan Partai Komunis Indonesia mampu hidup dan berkembang dan memanfaatkan itu untuk melakukan gerakan pemberontakan yang diistilahkan dengan G30S PKI. Akhir dari Orde lama muncullah kekuasaan baru yang menamakan dirinya sebagai Orde baru yang datang dengan segala janji-janji kepada bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Dengan sangat sistematis dan terprogram, Orde Baru mengembangkan sistem yang meminjam istilah dasar negara yaitu Pancasila, namun pada kenyataanya itu hanyalah janji semu yang pada akhirnya sistem itu hanya dikuasai oleh elit-elit tertentu yang di dukung dan saling mendukung pemerinyah tentunya. Sekali lagi kenapa harus pemerintah yang harus ada dibalik semua ini. Yang saat itu kekuatan militerlah yang menguasai kedudukan eksekutif .
Hal ini membuat timbulnya krisis kepercayaan kepada pemerintah saat itu. Kemudian muncullah gerakan pemuda dan masyarakat yang me-nasional menumbangkan Orde Baru. Sekali lagi pemuda dan mahasiswalah yang menjadi nafas dan detak jantung perbaikan ini. Meskipun harus ditebus dengan nyawa - nyawa penggeraknya.
Kondisi ini menyebabkan masyarakat indonesia terutama Mahasiswa yang selama ini dikenal dengan kaum intelektual mencoba untuk merekontruksi ulang tatanan yang ada. Serta merekontruksi ulang pandangan dan pemikiran terhadap kondisi bangsa yang ada. Mau tidak mau itulah yang harus dilakukan, me-revie ulang kekayaan dan khasanah yang ada di Indonesia baik itu sumber daya alam, pemikiran ataupun pergerakan (Organisasi kemasyarakatan maupun organisasi pemuda) serta program pembangunan yang merupakan modal untuk memajukan bangsa Indonesia.
Bertolak dari semua itu mulai muncullah organisasi-organsasi massa , dimulai dari lokus-lokus diskusi dan akhirnya terbentuk berbagai macam organisasi pemuda maupun masyarakat. Gerakan yang me-nasional itu tidak lepas dari gerakan-gerakan mahasiswa yang lebih dikenal dengan organisasi mahasiswa. Baik itu berbasis organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Organisasi mahasiswa menjadi tempat pencetakan kader- kader yang mampu memberikan pemikiran baru dan solusi baru.
Dulu yang hanya sekedar diskusi, kini sudah jauh berkembang lebih rapi dan sistematis. kini organisasi mahasiswa mendapat perhatian sendiri, terutama dari pemerintah. Karena bagaimanapun mahasiswalah yang salama ini menjadi patner sepadan bagi pemerintah, dalam hal analisa dan mengkritisi kebijakan yang dibuat pemerintah. Gerakan di kampus-kampus mulai muncul. Dimana dulu itu dulu merupakan hal langka dan dilarang. Gerakan yang Dulu mungkin hanya ada di kampus-kampus besar di Indonesia seperti UI, kini sudah mulai menyebar di semua Kampus di Indonesia, karena bagaimanapun perubahan itu harus menyeluruh dari segala arah dan segala penjuru.
Gerakan-gerakan mahasiswa intra kampus di interpretasikan dengan adanya organisasi – organisasi mahasiswa atau lebih sering disebut dengan Ormawa. Berbagai macam nama dan sistem coba diterapkan pada gerakan-gerakan mahasiswa intrakampus dari yang menggunakan nama keluarga mahasiswa ataupun yang mencoba meniru gaya Republik Indonesia, yaitu Republik Mahasiswa. Dan akhirnya terbentuklah apa yang disebut dengan pemerintahan mahasiswa (Sudent governance).
Pemerintahan Mahasiswa merupakan pemerintahan dari mahasiswa untuk umat dan demi umat. Artinya meskipun lingkup penggeraknya hanya kaum intelektual muda, para mahasiswa namun yang selalu menjadi perhatian bukanlah sekedar permasalahan intrakampus hubungan antra mahasiswa dan birokrasi , meskipun hal itu juga dilakukan. Namun juga memperhatikan kondisii kebijakan birokrasi negara maupun kondisi masyarakat bangsa ini.
Sejarah Student Governance Di UNY
Student Govenance atau lebih sering disebut dengan Good student University Governance ( GSUG), yang ada di UNY mengalami perubahan besar dari periode ke periode. Jika kita dapat menyusuri secara bijak perjalanan Ormawa UNY, maka akan ada berbagai hikmah terpenda yang isa kita dapatkan. Karena selama ini ejarah itu hanya tinggal sejarah saja, tanpa ada yang meneruskan pewarisan sejarah itu. Jangan sampai ita menjadi orang yang lupa akan sejarah kita. Dimulai sejak berdirinya UNY yang saat itu masih berbentuk IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) saat itu kira-kira tahun 1964. IKIP Yogyakarta sendiri merupakan pecahan dari Salah satu Universitas tertua di Yogyakarta, sebelum pecah menjadi perguruan sendiri IKIP yogyakarta merupakan fakultas ilmu pendidikan. Kira-kira pada tahun 1964 IKIP Yogyakarta memecahkan diri dan berdiri sebagai IKIP Yogyakarta.
Inilah awal mula ormawa di UNY, pada waktu diawal ini ormawa yang ada masih belum banyak,itupun masih belum terlalu masif gerakannya. Mengingat ini merupakan masa orde baru dimana suara rakyat hampir sama sekali diabaikan. Bahkan organisasi-organisasi yang berani angkat bicara sedikit lebih berani, maka siap-siap saja untuk diciduk. Masing-masing tingkat hanya terdapat satu ormawa untuk badan eksekutif dan satu ormawa untuk badan legislatif. Dewan Mahasiswa (DEMA) menduduki wilayah eksekutif di tingkat universitas,saat itu wilayah Legislatif dipegang langsung oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa. Sedangkan untuk tingkat fakultas, hanya ada Senat Mahasiswa, belum terdapat pembeda yang cukup jelas antara wilayah Eksekutif maupun Legislatif, kedua wilayah dipegang oleh satu tangan di bawah Senat Mahasiswa. Sedang untuk tingkat dibawahnya yaitu tingkat jurusan terdapat HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). Saat itu hanya MPM dan Dewan Mahasiswa yang diakui secara Nasional.
Gerakan mahasiswa ini berkembang hanya sampai pada tahun 1969. Pata tahun yang sama dengan beberapa alasan seperti politik baik global maupun lokal serta atas nama netralitas, organisasi mahasiswa di IKIP Yogyakarta dibekukan. Ini adalah pertama kali Organisasi mahasiswa IKIP Yogyakarta dibekukan. Hal ini berlangsung selama 4 tahun. Yaitu dari tahun 1969-1973, pada tahun berikutnya yaitu tahun 1974 ormawa IKIP Yogyakarta mulai bergeliat kembali. 4 tahun vakum menjadi tantangan tersendiri untuk membangun kembali Student Govenance. Karena bagaimanapun ormawa mempunyai lingkup di dalam kampus, namun idealita tak sesuai dengan realita, birokrasi kampus belum 100 % menerima itu. Selain itu 4 tahun vakum, berarti harus membangin sesuatu dari awal.
Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelum dibekukannya ormawa IKIP Yogyakarta, ormawa yang kembali menunjukkan eksistensinya adalah MPM , DEMA, Senat Mahasiswa serta Himpunan Mahasiswa Jurusan. Sampai pada tahun 1978 ormawa IKIP Yogyakarta masih dapat tetap berdiri tanpa adanya ancaan dibekukan.
Pada periode selanjutnya yaitu pada tahun yang sama, 1978 ormawa IKIP Yogyakarta berada dibawah BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan) di koordinasikan oleh PR III. Hal ini berlangsung sampai 1990an. Namun sekali lagi idealita tidak sesuai dengan realita, realita tidak mampu menjawab idealita yang coba dibangun oleh mahasiswa. Pada tahun 1990an akhir antara 1998-1999 ormawa IKIP Yogyakarta dibekukan oleh rektor UNY saat itu. Pada waktu itu IKIP Yogyakarta telah berubah menjadi UNY, nama IKIP telah hilang dan berganti dengan universitas.
Hal ini berlangsung sampai tahn 2000an, sampai pada akhirnya pada tahun 2001-2002 dibentuklah BPPO/BP3O yaitu sejenis badan penyusun refungsionalisasi ormawa, dengan sebuah tekad untuk menumbuhkan kembali geliat gerakan mahasiswa dikampus, akhirnya disepakati sebuah nama Republik Mahasiswa Serikat atau disingkat RMS, pada tahun 2003 nama yang digunakan adalah Republik Mahasiswa Serikat (REMA Serikat). Dengan beberapa pertimbangan untuk kebaikan Student Governance yang ada di UNY, akhirnya nama REMA Serikat hanya dignakan sampai awal tahun 2004. Berbagai macam pendapat muncul, terkait dengan adanya REMA Serikat atu lebih tepatnya terkait dengan adanya pemeintahan mahasiswa, dari yang mengganggap itu hanya mainanlah, dagelan, atau tatapan tidak sepakat, itu semuanya menjadi makanan tiap hari para aktivis mahasiswa UNY.
Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya pada tanggal 18 Januari 2004 disepakatilah sebuah nama Republik Mahasiswa (REMA), dengan pertimbangan untuk mendekati sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Mahasiswa(NKRI). Nama REMA digunakan sampai sekarang. Seperti halnya Republik Indonesia, Republik Mahasiswa di UNY juga dipimpin oleh seorang Presiden Mahasiswa. Artinya kita sedekat mungkin mendekati sistem negara Indonesia, namun menyesuaikan kondisi serta kesiapan dari mahasiswa UNY.
Sekilas tentang REMA UNY
Seperti yang tertulis diatas, REMA dibentuk mulai awal tahun 2004, REMA sendiri hanya sebuah nama, artinya yang kita tekankan adalah pemerintahan mahasiswanya. Meskipun masih terdapat beberapa pihak yang belum menyepakati baik dari pihak mahasiswa dan birokrasi, namun semuanya perlu sebuah proses.
Layaknya Republik Indonesia, REMA pun mempunyai konstitusi REMA yang tertuang dalam Undang-Undang, saat ini terdapat beberapa produk perundang-undangan, antara lain :
a. Undang Undang Dasar Republik Mahasiswa UNY.
b. Ketetapan MPM REMA UNY.
c. Undang Undang.
d. PERPU.
e. PP REMA.
f. Keputusan Presiden REMA UNY.
g. Peraturan Fakultas.
Undang-Undang Dasar Republik Mahasiswa UNY merupakan aturan tertinggi dalam perundangan Rema UNY yang disusun dan ditetapkan dalam Sidang Umum dan atau Sidang Istimewa MPM Rema UNY.
Ketetapan MPM Rema UNY merupakan aturan perundangan dibawah PD/PRT yang disusun dan ditetapkan oleh MPM Rema UNY.
Undang-undang merupakan suatu aturan perundangan Rema UNY dibawah ketetapan MPM Rema UNY yang disusun oleh oleh DPM Rema UNY dan disahkan oleh Presiden BEM Rema UNY. Untung Undang-Undang yang berhubungan dengan Fakultas dibahas bersama DPF (Dewan Perwakilan Fakultas).
Rema sendiri terdiri dari:
1. MPM Rema UNY
2. DPM Rema UNY
3. DPF Rema UNY
4. BEM REMA UNY
5. BEM Fakultas
6. DPM Fakultas
7. Himpunan Mahasiswa Jurusan/prodi
8. UKMF (Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas)
Pemilihan ketua masing-masing ormawa dilakukan dengan cara pemilwa (Pemilu Mahasiswa). Terlihat tidak pas jika memang kita menghendaki sistem mendekati sistem RI namun tidak ada Partai, sehingga untuk mengakomodasi itu Pemilwa di UNY menggunakan sistem partai mahasiswa untuk presiden serta anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Republik Mahasiswa. Sedang untuk jenjang dibawahnya masih menggunakan sistem independent.
Namun bagaimanapun masih banyak yang harus diperbaiki dari segala sisi, karena bagaimanapun iealita tidak akan pernah sama dengan realita, sedekat apapun idealita dan realita tetap ada batasan yang membatasi keduanya, sama halnya dengan REMA sebagus apapun sistem yang mencoba dibangun, pasti akan ada cacat disana.
Namun yang kita cari bukanlah kesempurnaan, namun ketidaksempurnaan yang mampu melukis alam.
Hidup Mahasiswa !!!!!!!!
*penulis adalah ketua III MPM REMA UNY 2010 serta Ketua DPF REMA 2010
Rabu, 16 Juni 2010
Sebuah Klarifikasi Propaganda BEM REMA UNY
Sidang Istimewa REMA UNY yang diadakan tanggal 12 Juni 2010 kemarin memang memberikan banyak tanya, ada apa gerangan?.
Penyebaran surat dan lain-lain dilakukan dengan segera, karena persiapan yang memang kurang dari 1 minggu, tepatnya hanya 4 hari saja, dan dilakukan dengan orang terbatas (hanya 3 orang) walaupun kemudian dilakukan bersama kawan-kawan yang lain.
Tepat pada hari H saat disidang BEM REMA UNY membuat sebuah propaganda berbentuk REMA FLASH sebagai media bulletin yang diterbitkan sebagai edisi ke3 Bulan Juni 2010. Media ini berisi tentang wawancara kepada Anom Adi Nugraha sebagai wakil presiden BEM REMA UNY 2010 yang mengundurkan diri di pertengahan periode, dengan alasan sakit. Dalam bulletin itu ada beberapa hal yang perlu kita cermati dan disana jelas ada beberapa pernyataan yang sepihak dilontarkan dan memojokkan MPM sebagai penyelenggara sidang istimewa.
“Kapan Saudara menyatakan pengunduran diri?”
“saya melayangkan surat pengunduran diri tanggal 4 Juni 2010. Akan tetapi sampi sekarang belum ada surat pengabulan permohonan pengunduran diri saya. Tiba-tiba langsung ada sidang istimewa dengan agenda semacam itu yang disebarluaskan. Ini agak aneh karena belum ada komunikasi jelas permohonan saya dikabulkan atau tidak, eh tiba-tiba ini sudah ada agendanya. Untuk agenda sidang itupun saya tidak mendapatkan surat (undangan) resminya. Yang pertama saya tidak mendapatkan pemberitahuan terkait pengabulan surat permohonan saya dan yang kedua saya tidak diundang untuk hadir, sekalipun sebenarnya undangan itu bisa dilayangkan via email/hp.”
“Rencana Sidang Istimewa itu ada pasca saudara mengundurkan diri atau sebelumnya?”
“saya tidak tahu, itu urusan MPM REMA. Yang jelas saya tidak mendapatkan surat pengabulan permohonan pengunduran diri saya dan tidak mendapatkan surat untuk menghadiri Sidang Istimewa”
Itulah beberapa kutipan dari sebuah bulletin yang dilayangkan oleh BEM REMA UNY saat sidang istimewa dimulai. Bulletin ini disebar kepada seluruh peserta sidang tanpa ada persetujuan pimpinan sidang ataupun panitia sidang.
Mengklarifikasi beberapa pernyataan yang telah dilontarkan ini dalam bentuk wawancara. Saya secara pribadi sangat menyayangkan bulletin ini ada, karena secara pers media ini tidak berimbang, tidak ada klarifikasi terkait dengan pihak ke dua yaitu MPM REMA sendiri.
Untuk penyampaian undangan pada tanggal 4 Juni itu benar. Dan yang paling jelas adalah posisi tentang Sidang Istimewa ini dalam UUD REMA UNY. Walaupun adanya keterbatasan system yang telah dibuat disana. Seperti yang saya sampaikan saat sidang. Tugas MPM sesuai dengan UUD REMA adalah
“Melantik presiden dan atau wakil presiden “(Pada pasal 3 ayat 2)
“Memberhentikan presiden dan atau wakil presiden dalam masa jabatannya, bila melanggar UUD REMA” (Pasal 3 ayat 3)
Dan sidang istimewa itu sendiri diartikan dalam UUD adalah
“Memberhentikan presiden dan atau wakil presiden apabila mengundurkan diri, terbukti telah melakukan perbuatan tercela, melanggar UUD dan atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan atau wakil presiden.” (pasal 36 ayat 3 point a)
“Menetapakan presiden dan atau wapres pengganti presiden dan atau wakil presiden yang telah diberhentikan.” (pasal 36 ayat 3 point b)
Hal ini jelas jika kita bisa mencermatinya. Bahwa MPM hanya memiliki kewenangan seperti yang tertera dalam UUD REMA saja, selain itu maka akan diputuskan dalam forum MPM.
Terkait diterimanya pengunduran diri saudara anom atau tidak, itu berada pada sidang istimewa dan hal ini sudah dikomunikasikan melalui surat kepada BEM dan DPM.
Kenapa tidak ada surat ke anom secara langsung?
Karena disini surat yang masuk untuk mengadakan sidang istimewa bukan dari saudara anom sendiri, tetapi statusnya adalah dari BEM REMA yang mengajukan sidang istimewa. Dan ini dikabulkan jelas dengan surat yang sudah diberikan kepada BEM REMA UNY selang beberapa hari dari surat yang diberikan.
Untuk komunikasi kepada saudara anom sebelumnya sudah dilakukan oleh saudara Amiruddin Shafa dengan melakukan sms dan telp. Dari ketiga nomor yang ada ternyata tidak ada yang bisa dihubungi dan tanggpan dari sms yang telah terkirim. Sms nya berbunyi:
Sms ini dilayangkan pada tanggal 10 Juni 2010 pukul 11.02 WIB setelah beberapa kali mencoba menelpon dihari sebelumnya.
“Alskm…
Mengharapkan kehadiran saudara untuk datang pada sidang istimewa sabtu, 12 Juni 2010.. Sebagai pertanggungjawaban anda kpd mahasiswa uny.. anda harus menyampaikan alasan mengundurkan diri di dpn sidang..
NB: jika kuat untuk berpergian datang..jika tidak harap menulis sesuatu untuk dapat disampaikan ke forum..
Kirim ke emailku sebelum jumatan bsk ke shafa_x18@yahoo.co.id.
Ttd
Pimpinan I MPM
Amiruddin Shafa”
Seperti itulah sms yang saya layangkan kepada saudara Anom. Sms ini tetap tidak ada jawaban sampai malam hari. Dan saat itu saya mencoba sms saudara Fiqi Ahmad sebagai presiden BEM REMA UNY yang sebelumnya sudah dikomunikasikan secara lisan dan bunyi sms nya adalah :
10 Juni 2010 pukul 21.51 WIB
“Aslkm. Boy udahakan anom benar2 datang..pagi jam 8 sudah di sc..
Harapanya dapat menyampaikan secara langsung..tak sms g bales2 bocah kae..tolong..”
Sms ini memang tidak formal jadi mohon maaf seperti ini.
Dan Fiqi pun menjawab:
“saya yang mewakili”
Lalu akupun menjawabnya:
“minta dia nulis sesuatu..kirim ke email sebagai pertanggungjawaban dia selama di rema..ceritakan alasan dan kondisi dia kenapa mundur..harapanya dari dia..kirim ke emailku..”
Dan seterusnya..
Saya mendapatkan jawaban anom tidak dapat datang karena kondisinya dan akan digantikan oleh Fiqi.
Mohon dengan ini dapat mengklarifikasi apa yang telah di publiskan BEM REMA UNY. walaupun sekarang MPM baru berusaha meminta hak jawab kepada BEM tentang beberapa point dalam bulletin ini.
Terimakasih semoga dapat disikapi dengan bijak.
Kamis, 10 Juni 2010
Mahasiswa = Konsisten
Menjadi sebuah relaitas bersama bahwa selama menjadi mahasiswa, masih ingat saya waktu itu di jelali oleh kakak angkatan saya untuk mengerti apa saja fungsi menjadi mahasiswa, idealitas menjadi mahasiswa itu seperti apa. Fungsi social lah, fungsi moral lah, atau fungsi-fungsi yang lain. Ingat saat para pemandu-pemandu ospek memberikan sedikit ceramahnya untuk mengarahakn kita mau kemana? Alhasil saya pun menjadi orang yang tahunya seperti itu. Beda dengan setelah beberapa tahun menjejaki kaki di kampus UNY tercinta ini, bingung saat melihat berdiri dimana, dan dalam posisi seperti apakah mahasiswa saat ini. Wuih…seperti melihat hal-hal yang mungkin tidak akan dilihat oleh mahasiswa yang baru masuk (ya iyalah, kan belom tau apa2).
Nah ini nih yang aku bingungkan saat menjadi mahasiswa tingkat akhir (mungkin karena tekanan kapan mau lulus nya kali ya..). saat melihat para aktivis mahasiswa yang sekarang menjadi para pemegang kebijakan, para penggerak gerakan mahasiswa, para eksekutor lapangan, yang dilihat hanyalah apa yang kita pelajari, semua hanyalah berkedok pada “proses” karena sebuah nilai dari hasil itu berada dalam proses itu. Lalu?bagaimana jika proses itu tidak sesuai dengan yang kita inginkan padahal sebenarnya kita bisa menjalankanya? inilah keresahannya. Proses yang tidak sesuai dengan idealita menjadi sebuah hal yang “diwajarkan” saja, karena nilainya adalah disana, lalu hilang begitu saja ditelan angina, lalu kemana kita bisa menjadi sesuai dengan idealita itu?jika kita sendiri tidak bisa memaksimalkan diri kita, karena hal ini lah, hal itu lah, atau segudang alasan lainya.
Sebegitu percayanya masyarakat kepada mahasiswa sebagai sebuah elemen yang cukup bisa objektif dan netral untuk menyikapi permasalahan bangsa ini, tetapi kepercayaan itu semakin hilang jika melihat mahasiswa ternyata tidak berada dalam posisi yang netral (berada dalam sebuah kepentingan).
konsisten
Hanya menjadi ideal saja sebuah kekonsistenan mahasiswa itu dipertaruhkan, seperti saat kita melihat berbagai forum yang membuat sebuah kesepakatan-kesepakatan, ataupun sebuah hasil musyawarah-musyawarah yang nantinya hanyalah menjadi sebuah hasil notulensi saja, tanpa ada gerak untuk menuju hasil. seperti beberapa forum yang pernah saya ikuti sekarang ini telah membuktikan mahasiswa sekarang ini hanyalah menjadi sebuah elemen yang inkonsisten saja, karena mereka hanya bisa menjadi elemen yang berwacana idealita. Kesepakatan yang disepakati tidak dilaksanakan, atau hasil musyawarah setiap tahunya hanya berputar-putar pada satu titik yang sama.
Ayo kawan-kawan semua,dengan ini ajakan buat kita untuk kembali bersama-sama dalam barisan yang menjadikan seorang mahasiswa yang konsisten.
Jogja, 11 Juni 2010
tengah malam 01.03 WIB
Selasa, 25 Mei 2010
Inilah seorang Amiruddin Shafa anggota DPM REMA UNY
Jogja, 9 Januari 2010
Catatan ini dimuali dari sebuah kejadian yang bermula dari sebuah ruang-ruang kecil dalam kampus UNY. Dimana dari sana dimulailah sebuah perbincangan dengan semangat yang mengebu-gebu, akan sebuah cita-cita dan perbaikan-perbaikan. Kenangan itu begitu tergores dengan erat saat kita terduduk bersama dalam lingkaran kecil dalam sebuah forum yang dahsyat. Dari 24 ribu mahasiswa di UNY, tidak sampai 12 orang lah yang duduk disana, disebutkan satu demi satu nama-nama pengemban amanah itu, dan salah satunya adalah Amiruddin Shafa.
Sungguh amanah ini begitu berat, bukan seberapa kuat pundak ini memanggul, tapi aku yakin dari orang-orang yang ada disekitarku inilah akan tercipta sejarah besar dalam kampus UNY tercinta.
Hatiku terdesir saat nama itu dilantunkan dalam sebuah forum yang begitu dihormati oleh seluruh masyarakat UNY ini. Tahun 2010 menjadi tahun yang berat, mudah, susah, sempit, lebar, tergantung kita akan memposisiskannya dimana? Tahun ke-4 aku dikampus, seharusnyalah aku segera lulus, bekerja, s2, dll, tuntutan masyarakat sekitar yang tidaklah kecil, selain itu tuntutan kebutuhan pribadi yang lain, saya rasa hal ini akan sama dan mirip dirasakan oleh kawan-kawan yang seangkatan denganku. Tapi saat AMANAH itu datang, dan kita siap menerimanya, maka Allah telah mencatat bahwa kita adalah orang yang mampu. Kita adalah manusia yang diberikan nikmat yang lebih dari yang lain untuk di percaya mendapatkan amanah ini.
Tahun 2010 menjadi tahun target juga bagi kawan-kawan semua,
aku punya keinginan,
kamu punya keinginan,
dia punya keinginan,
mereka punya keinginan,
kita punya keinginan,
jika kita di DPM maka harus satu keinginan
walaupun disana ada dua kepentingan yg berbeda, tapi aku yakin keinginan untuk memperbaiki kampus ini menjadi lebih baik tetap ada.
Aku tahu saat itu aku tidak tahu apa dan dimana posisiku untuk berbuat lebih banyak di tahun ini, hanya saja terbesit keinginan ada SEJARAH yang akan tercipta, PERUBAHAN yang aka nada, sebelum nantinya aku pergi dari kampus ini.
“biarkan namaku hilang dalam angina, asalkan karyaku dapat dikenang oleh orang banyak”
25 Mei 2010 pukul 10.36 WIB
Sampai dibulan kelima ini aku merasa semakin berat saat melihat hanya beberapa orang saja yang sering muncul di DPM, hanya itu-itu saja yang ada, dan aku pun sering meninggalkan DPM demi mencari uang atau apalah itu. Apakah aku sudah mencintai DPM sebagai salah satu bagian dalam diriku di tahun 2010 ini?
“Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya.” (Pramoedya Ananta Toer)
Waktu itu tidak pernah berulang lagi Shafa, tinggal beberapa bulan lagi dan kamu tidak berada disana. Tapi prestasi apa yang sudah ku perbuat? Bagaimana pertanggungjawabanku kepada mahasiswa di UNY?bangsaku? dan yang jelas aku akan kebingungan di akhirat nanti jika ditanya oleh Allah.. aku bingung mau jawab apa? Dan bagaimana aku akan memperbaikinya…
Semoga Allah tetap memberikan ku semangat seperti pada saat awal kali nama itu terdengar
Tulisan ini adalah refleksi diri bahwa aku bukan apa-apa dengan segala keterbatasan dan kemampuan, waktu, tenaga, harta, dan pikiran.
Seseorang yg ganya ingin membuat karya yang akan menjadi sejarah….
Amiruddin Shafa
Kamis, 13 Mei 2010
“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”
Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus bagaimana?
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini bagaimana?
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini bagaimana?
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini bagaimana?
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini bagaimana?
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku
kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?
karya : GUs Mus
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus bagaimana?
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini bagaimana?
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini bagaimana?
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini bagaimana?
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini bagaimana?
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku
kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?
karya : GUs Mus
Jumat, 07 Mei 2010
Rumah Kunang2 yang mulai berubah menjadi rumah Matahari (FIM 9) [Bag awal]
Bingung mau dibilang apa, sudah berusaha ke sana kemari, dari ujung sana ke sini tetep aja gak dapet hasil nya. He..he..he..(ini niat nulis dari yang sebelah mana sih)
Serius..
Kisah ini dimulai dari bulan Maret awal saat melihat beberapa pengumuman di facebook kawan-kawan ku di BEM SI yang dapat pengumuman itu. Penasaran aku mencoba melihat pengumuman apa sih? Dan ku lihat disana berjudul Forum Indonesia Muda IX(FIM 9). Baru baca saja sudah tertarik, apalagi kalau bisa ikut. Dengan bertanya sama beberapa teman yang ada disana (anak UI) aku dapat info terkait pendaftarannya yang disana tertulis paling lambat akhir maret.
Sempat meninggalkan sejenak tentang agenda ini, karena dikejar beberapa agenda yang lain, akupun mulai mencoba mencicil mengisi formulir dan persaratan FIM 9 ini. Lupa!!! Namanya juga manusia, mahasiswa SKS lagi. Semuanya di garap kalau tidak mendekati batas akhir. Mencoba mengembalikan ruh semangat untuk ikut FIM 9, di akhir bulan sambil nge tag kawan-kawan di UNY yang lain buat ikut juga, aku selesaikan artikel yang belum ku garap sampai waktu itu. Sreeetttt.. tepat hamper pukul 00.00 malam email pun terkirim di detik akhir pengumpulan. Alhamdulillah, seperti biasa, yang penting berusaha semaksimal mungkin untuk mendaftar dan ikut berpartisipasi, diterima atau tidak itu nanti, tinggal berdoa saja (seperti pada tahun 2009 saat ikut PIMNAS). Diwaktu bersamaan kawan seperjuanganku yang mau ku ajak untuk ikut pun berusaha mengirimkan form biodata dan artikelnya.
Pasca itu, lewat begitu saja selama beberapa hari. Dan akhirnya pengumuman pun ada di web nya FIM (forumindonesiamuda.com) hem..ternyata aku nongol di urutan yang ke-12 dan satu-satunya dari kampus ku (UNY). Buat kawan ku, maaf aku harus berangkat sendirian. Sambil mempersiapkan agenda Jelajah Institusi yang menjadi inisiasiku beberapa waktu lalu untuk anggota legislative UNY ke Jakarta yang Alhamdulillah waktunya tidak terlalu lama dari FIM 9, yaitu pada tanggal 4-7 Mei 2010 dan FIM9 dari tanggal 28 April- 2 Mei 2010 (deket kan?) lalu mulailah masuk pada rencana perjalanan panjang ke Jakarta dalam beberapa hari.
Mencoba berprasangka baik kepada rektorat kampus, aku mencoba untuk mencari dana kesana (minimal buat perjalanan) karena agenda ini juga merupakan agenda pengembangan soft skill tingkat nasional. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya aku pun mengajukannya,huft.. ternya ta di tolak mentah-mentah. Katanya sih bukan agenda yang direkomendasikan dari dikti. Berarti aku harus nekat kesana dengan keadaan keterbatasan. Hari itu sudah meunjukkan hari Rabu, satu hari sebelum acara. Dan aku masih sibuk bercengkrama di kampus sampai pukul 14.00WIB membahas KKL yang berbeda dengan mahasiswa yang lain.
Terburu-buru pengen segera pulang, karena hari itu kakak sepupu ku ada yang baru saja melahirkan anak pertamanya dan aku belum sama sekali menjenguknya. Bergegas pulang, tapi ternyata di tengah jalan aku berpikir ulang kalau ini tidak akan cukup waktunya. Dan kuputuskan mengurungkan niatku untuk bertemu adk cilik yg baru saja lahir (sama setahun yg lalu saat kakak ku yg ini menikah aku baru berada di Malang). Sedih sih rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Hanya ada waktu satu jam untuk beres-beres barang bawaan apa saja yang harus di bawa. Dengan membawa 3 tas sekaligus aku menenteng keluar rumah, tas pertama diisi dengan perlengkapan pakaian dan perlengkapan pribadi lainya, tas ke dua diisi dengan laptop kesayanganku, dan tas yang ketiga diisi dengan buku-buku bacaan. Memang rezeki g kemana, ortu g tega lihat anaknya pergi ke Jakarta berhari-hari Cuma bawa uang 50rb rupiah. Dengan tambahan dari ortu lumayan bisa untuk jaga-jaga.
Tepat pukul 16.30 WIB sampailah aku di depan stasiun kereta lempuyangan yang sudah di padati orang-orang yang memiliki kesibukan masing-masing. Petualangan pun dimulai dari langkah-langkah kecil yang ku ciptakan sendiri.
Serius..
Kisah ini dimulai dari bulan Maret awal saat melihat beberapa pengumuman di facebook kawan-kawan ku di BEM SI yang dapat pengumuman itu. Penasaran aku mencoba melihat pengumuman apa sih? Dan ku lihat disana berjudul Forum Indonesia Muda IX(FIM 9). Baru baca saja sudah tertarik, apalagi kalau bisa ikut. Dengan bertanya sama beberapa teman yang ada disana (anak UI) aku dapat info terkait pendaftarannya yang disana tertulis paling lambat akhir maret.
Sempat meninggalkan sejenak tentang agenda ini, karena dikejar beberapa agenda yang lain, akupun mulai mencoba mencicil mengisi formulir dan persaratan FIM 9 ini. Lupa!!! Namanya juga manusia, mahasiswa SKS lagi. Semuanya di garap kalau tidak mendekati batas akhir. Mencoba mengembalikan ruh semangat untuk ikut FIM 9, di akhir bulan sambil nge tag kawan-kawan di UNY yang lain buat ikut juga, aku selesaikan artikel yang belum ku garap sampai waktu itu. Sreeetttt.. tepat hamper pukul 00.00 malam email pun terkirim di detik akhir pengumpulan. Alhamdulillah, seperti biasa, yang penting berusaha semaksimal mungkin untuk mendaftar dan ikut berpartisipasi, diterima atau tidak itu nanti, tinggal berdoa saja (seperti pada tahun 2009 saat ikut PIMNAS). Diwaktu bersamaan kawan seperjuanganku yang mau ku ajak untuk ikut pun berusaha mengirimkan form biodata dan artikelnya.
Pasca itu, lewat begitu saja selama beberapa hari. Dan akhirnya pengumuman pun ada di web nya FIM (forumindonesiamuda.com) hem..ternyata aku nongol di urutan yang ke-12 dan satu-satunya dari kampus ku (UNY). Buat kawan ku, maaf aku harus berangkat sendirian. Sambil mempersiapkan agenda Jelajah Institusi yang menjadi inisiasiku beberapa waktu lalu untuk anggota legislative UNY ke Jakarta yang Alhamdulillah waktunya tidak terlalu lama dari FIM 9, yaitu pada tanggal 4-7 Mei 2010 dan FIM9 dari tanggal 28 April- 2 Mei 2010 (deket kan?) lalu mulailah masuk pada rencana perjalanan panjang ke Jakarta dalam beberapa hari.
Mencoba berprasangka baik kepada rektorat kampus, aku mencoba untuk mencari dana kesana (minimal buat perjalanan) karena agenda ini juga merupakan agenda pengembangan soft skill tingkat nasional. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya aku pun mengajukannya,huft.. ternya ta di tolak mentah-mentah. Katanya sih bukan agenda yang direkomendasikan dari dikti. Berarti aku harus nekat kesana dengan keadaan keterbatasan. Hari itu sudah meunjukkan hari Rabu, satu hari sebelum acara. Dan aku masih sibuk bercengkrama di kampus sampai pukul 14.00WIB membahas KKL yang berbeda dengan mahasiswa yang lain.
Terburu-buru pengen segera pulang, karena hari itu kakak sepupu ku ada yang baru saja melahirkan anak pertamanya dan aku belum sama sekali menjenguknya. Bergegas pulang, tapi ternyata di tengah jalan aku berpikir ulang kalau ini tidak akan cukup waktunya. Dan kuputuskan mengurungkan niatku untuk bertemu adk cilik yg baru saja lahir (sama setahun yg lalu saat kakak ku yg ini menikah aku baru berada di Malang). Sedih sih rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Hanya ada waktu satu jam untuk beres-beres barang bawaan apa saja yang harus di bawa. Dengan membawa 3 tas sekaligus aku menenteng keluar rumah, tas pertama diisi dengan perlengkapan pakaian dan perlengkapan pribadi lainya, tas ke dua diisi dengan laptop kesayanganku, dan tas yang ketiga diisi dengan buku-buku bacaan. Memang rezeki g kemana, ortu g tega lihat anaknya pergi ke Jakarta berhari-hari Cuma bawa uang 50rb rupiah. Dengan tambahan dari ortu lumayan bisa untuk jaga-jaga.
Tepat pukul 16.30 WIB sampailah aku di depan stasiun kereta lempuyangan yang sudah di padati orang-orang yang memiliki kesibukan masing-masing. Petualangan pun dimulai dari langkah-langkah kecil yang ku ciptakan sendiri.
Kamis, 04 Februari 2010
Ujian Nasional Antara Ada Dan Tiada
oleh: Amirudiin Shafa
“mencerdaskan kehidupan bangsa” itulah salah satu cita-cita yang pernah dikumandangkan Soekarno pada tahun 1945 saat UUD 1945 dirancang.
Ujian Negara, itulah sebuah system evaluasi pembelajaran yang diterapkan sejak masa penjajahan sampai tahun 1971. Ujian ini diterapkan secara nasional, dan hasil banyak sekali siswa yang tidak lulus karenanya. Setelah tahun 1971, kelulusan seorang siswa diberikan kepada sekolah masing-masing. Hal ini berlangsung selama 20 tahun dan bisa dilihat semua siswa lulus semua. Pada tahun 1992 mulailah diterapkan EBTANAS, dimana kelulusan ditentukan bersama sekolah ditambah dengan ujian nasional. Sampai tahun 2002 muncullah koreksi dan dinamakan Ujian Nasional dimana diambil beberapa mata pelajaran yang sifatnya nasional, diuji secara nasional, sementara yang lain diuji oleh sekolah.
Tekanan ujian nasional
Sejak Ujian Nasional diterapkan tahun 2003 dengan standar kualitas dinaikkan 0,5 persen per tahun, siswa salah satu dari beberapa elemen yang menerima dampak dari tekanan Ujian Nasional ini. Tekanan itu membuat siswa melakukan hal yang negatif. Mulai dari membawa contekan, mencontek teman, bahkan pergi ke dukun pun dilakukan. Selain melakukan hal yang negatif, ujian nasional juga membuat siswa benar-benar stress dengan ancaman ketidak lulusan mereka. Mulai dari melampiaskan amarah dengan membakar sekolahan mereka samapi ada yang melakuakan bunuh diri karena tekanan dari Ujian Nasional ini. Tidak hanya siswa, guru pun juga terjebak perilaku negative untuk menyelamatkan nama baik sekolah, dengan membantu memberikan jawaban pada siswa saat ujian nasional berlangsung, seperti dikutip dari (Kompas, 22/6/2007) SMK Negeri 1 Cilegon diharuskan mengulang UN karena ditemukan bukti ada Jockey UN. Ada apa dengan sistem yang kita bentuk? Hal ini sangat bertentangan dengan tujuan kita untuk membentuk siswa yang semangat belajar, dan meningkatnya kualitas pendidikan disetiap sekolahan.
Tekanan ini pun muncul sampai berpuncak pada pengaduan kepada Mahkamah Agung dan diputuskan penolakan adanya Ujian Nasional pada November 2009 lalu. Luapan penolakan pun bermunculan ke permukaan, aksi turun ke jalan pun dilakukan oleh berbagai elemen, mulai dari mahasiswa, siswa dan guru. Bahkan gerakan penolakan ini pun muncul dalam jejaring sosial dalam internet seperti facebook sampai pembuatan lagu tolakujian nasional (http://www.youtube.com/watch?v=_SxqzDKekcQ).
Tidak sebagai satu-satunya syarat kelulusan
Harus ada sebuah sebuah angka sebagai bentuk nilai dari setiap proses. Karena untuk melihat hasil dari sebuah proses itu masih berupa dekriptif, akan cukup kesulitan kita menilainya. Ujian nasional itu penting untuk standarisasi pendidikan nasional. Dengan standarisasi itu maka kita akan mendapatkanya peningkatan SDM yang ada di Indonesia yang tergus digerus oleh tantangan global. Tetapi yang menjadi masalah disini adalah UN menjadi satu-satunya syarat kelulusan dan standar kelulusan yang dinasionalkan. Karena kita tidak tau kondisi siswa saat itu apakah baru bisa berfikir maksimal untuk menghadapi ujian nasional ataukah baru sakit, sehingga para siswa tidak dapat mengerjakan soal ujian nasional tersebut. Padahal mereka belajar untuk mendapatkan ilmu itu selama 3 tahun, dan sekarang hanya ditentukan dalam beberapa jam dalam 3 hari ujian nasional saja. Tidak hanya itu, dampak dari ujian nasional yang memilih beberapa mata pelajaran saja itu membuat adanya ekslusifitas mata pelajaran yang di berikan kepada siswa. setiap sekolah berbondong-bondong untuk memberikan pelajaran tambahan yang berlebih untuk mata pelajaran yang di ujian nasionalkan. Padahal selai dari mata pelajaran itu, ada banyak pelajaran yang cukup penting untuk ditinggalkan seperti pendidikan agama dan kewarganegaraan. Hal ini membuat siswa tidak cukup memahami pendidikan moral yang ada. Hal ini jelas jika melihat terlalu maraknya kecurangan yang dilakukan pada saat ujian nasional berlangsung. Selain hal itu, ujian nasional juga dirasa tidak adil jika dilihat dari pemerataan fasilitas dan kualitas sekolah yang menyelenggarakan ujian nasional. Seperti sekolah di papua dibandingkan dengan sekolah di Jakarta akan cukup berbeda hasilnya jika fasilitas dan kualitas sekolahnya saja berbeda.
Dari sinilah sangat diperlukan sinergitas antara pentingnya ujian nasional, hakekat pendidikan dan keadilan bagi siswa. Ujian nasional sebagai format evaluasi pembelajaran secara nasional harus tetap dilaksanakan sebagai upaya pemetaan dan alat diagnosa mengenai pendidikan nasional. Tetapi tidak sebagai satu-satunya alat untuk menentukan kelulusan siswa. Ujian nasional hanya dijadikan salah satu aspek penilaian kelulusan saja. Penilaian kelulusan siswa harus dilihat secara menyeluruh dengan pertimbangan prestasi dan sikap siswa selama menempuh pendidikan di sekolah sela tiga tahun, sehingga peran sekolah dalam hal ini guru mempunyai porsi tanggung jawab yang sangat besar dan peran pemerintah pun ada dalam hal ini.
jika hal seperti ini dilaksanankan, maka harapanya hal-hal seperti kecurangan dan dampak psikologi siswa terhadap tekanan ujian nasional ini bisa terselesaikan.
Sabtu, 30 Januari 2010
akan menulis lagi
salam kepada semuanya..
sudah lama nih g nglanjutin menulis..nah kini saatnya penuhi blog ini dengan tulisanku..ayooo ramaikan blog ini...
sudah lama nih g nglanjutin menulis..nah kini saatnya penuhi blog ini dengan tulisanku..ayooo ramaikan blog ini...
Langganan:
Postingan (Atom)