Persis seperti yang kita lihat sekalian tentang apa yang menjadi polemik dalam PSSI, saat industri sepak bola dimanfaatkan kedalam kegiatan politik praktis, bahkan dibumbui bau korupsi yang menyengat. Sampai saat ini kita dapat melihatnya menjadi polemik yang tidak berakhir. Berawal dari penolakan pimpinan PSSI yang lalu beserta antek-anteknya, karena disanalah terdapat kebobrokan pengelolaan PSSI, sehingga pada saat melakukan kongres pergantian pemimpin menjadi sebuah ajang perdebatan sengit untuk menyingkirkan satu dengan yang lainya, demi "kepentingan" didalamnya. Sampai sebuah orgasisasi tertinggi di duniaturun tangan untuk memberikan tindakan pelarangan untuk mencalonkan kembali. Sebenarnya disinilah adanya titik terang dari permasalahan dalam PSSI ini, sampai adanya semacam tim penyelamat PSSI yang dibentuk khusus dari FIFA untuk dapat menyelenggarakan pemilihan ketua yang baru dan berikut kongresnya. Sekali lagi hal itu dicederai sampai FIFA pun akan mengeluarkan sangki pembekuan PSSI sampai masalah ini selesai.
Di waktu yang tidak jauh berbeda, beberapa bulan sebelum kasus PSSI ini mencuat, mahasiswa UNY pun sempat melakukan hal yang sama. Saat adanya sebuah pemilihan presiden BEM UNY dimana ada dua calon yang bertarung, ternyata adal kelemahan dalam sistem pemilihannya, dimana sistem tersebut melukai demokrasi yang ada di kampus. Sampai pada satu titik dibuatlah TimIndependen untuk menyelesaikan konflik ini, sekali lagi Tim ini pun hanya menjadi badan yang lewat saja. Sampai akhirnya mahasiswa sendiri sepakat untuk mebekukan BEM saat tidak ada yang mengalah.
inilah dampak dari seseorang yang hanya melihat dari kepentingan pribadi dan kelompoknya, hanya akan merugikan kepentingan umat yang lebih besar dari apa yang dia lihat
Semoga kita dapat belajar dari hal-hal yang pernah terjadi, bahwa saat kita menjadi pemimpin, kita bukan menjadi pemimpin diri kita atau kelompok kita saja, tetapi umat yang ada didalamnya. Sehingga kita tidak akan melupakan kepentingan yang lebih besar manfaatnya.
Yogyakarta, 26 Mei 2011
12,08
Amiruddin Shafa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar